ESAI
Batik, Titik Inovasi Tiada Henti Demi Sejuta Mimpi
Oleh : Sungkowo Edi Purnomo Karanggayam di pagi itu sunyi di setiap halaman-halaman rumah penduduknya. Maklum, Bapak-bapak pergi ke sawah walau tak luas, ke ladang-ladang walau mepet dengan hutan, selebihnya menyadap karet milik perhutani. Anak-anak pergi ke sekolah, lalu ibu-ibu ke mana? Bukankah biasanya mereka ngerumpi dengan tetangga, bercerita-cerita apa saja?biasanya ramai di pagi-pagi yang lain. Tidak. Hari ini kamis 13 september 2018 adalah hari spesial buat ibu-ibu di desa karanggayam kecamatan lumbir kabupaten banyumas. Nanang Supono sang kades dan beberapa perangkat desa lainya serta ibu-ibu berbaur jadi satu di aula balai desa karanggayam. Dengan wajah-wajah penuh optimis dan semangat ibu-ibu mendengarkan petunjuk-petunjuk simple,sederhana dan praktis dari sang instruktur pelatihan membatik. Meski sebelumnya pak sutarso, kaur perencanaan pusing alang kepalang mencari instrukur seni membatik yang benar-benar lihai alias professional. Dan jauh sebelumnya keraguan yang mendekati pesimis berlebihan menghantui semua masyarakat bahkan mungkin sebagian pemdes itu sendiri. Namun setelah melalui musyawarah sebagaimana mestinya akhirnya mereka membuang keragua-raguan itu. Ya mereka semua ragu, ragu pada hal-hal baru.Buat apa?apa tidak membuang-buang uang semata?terus buat apa?apakah sanggup ibu-ibu itu berpikir lagi?belajar lagi? Juatan pertanyaan keraguan itu muncul di benak mereka,seolah ada di mana-mana. Disudut ruangan, di sudut jalan sunyi.. Pyarr !!! Hilang keraguan itu, karena kepala desa selalu bisa saja memotivasi dengan semboyan “karanggayam bisa”. Dengan penuh semangat dan didampingi oleh tim pendamping desa baik PD maupun PLD akhirnya pelatihan batik itupun dilakukan sebagai salah satu program pemberdayaan masyarakat, dengan beranggapan bahwa inovasi mentalpun perlu. Pelatihan membatik dengan anggaran kurang lebih Rp.24.000.000,- dari Dana Desa itu berjalan dengan lancar dan penuh sukacita. Pelatihan membatik itu dipilih sebagai salah harapan mampu menambah nilai ekonomis ibu-ibu yang memang rata-rata berpendapatan kurang tinggi bahkan cenderung kurang atau lemah. Membatik dipilih juga karena bisa omembenentuk jati diri masyarakat desa karanggayam. Walaupun belum mahir betul namun dari pelatihan itu ibu-ibu sudah mampu membuat pola-pola sederhana. Harapan dan mimpi kelak akan mampu membuat batik-batik rumit dengan ciri khas tersendiri yang akhirnya akan menjadi asset bagi masyarakat dengan harga jual tinggi.Mulai terpatri di benak masing-masing ibu-ibu tersebut. Apapun hasilnya kelak, pelatihan pelatihan membatik kitu sudah mampu mendongkrak pola pikir masyarakat desa yang sederhana, yang enggan mencoba, tidak punya harapan, pasrah pada nasib menjadi ibu-ibu yang berpikir bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Batik batik denga pola sederhana iitu menjadi titik-titik inovasi tiada henti untuk sejuta mimpi. Mimpi masyarakat desa karanggayam.