Pendidikan Kebangsaan untuk Harapan yang Tak Terbatas
Pada suatu sore yang hangat di tengah hiruk pikuk kota , di beberapa tempat pembinaan pendidikan kebangsaan.di Belneg Rindam III SILiwangi Bandung ,Sakdik 404 adi sumarmo solo , Rindam V Brawijaya Malang, Rindam XIV Hasanudin Sulawesi selatan, Dodiklatpur Rindam VI Mulawarman, Kalimantan selatan, Asrama Haji Mataram NTB sekelompok anak-anak berkumpul untuk mengikuti pembinaan pendidikan kebangsaan bagi siswa adem repatriasi dari kementrian pendidikan ,kebudayaanbriset dan teknologi melalui Pusat Layanan Pembiyaan Pendidikan ( Puslapdik). Mereka adalah siswa-siswa adem repatriasi , siswa yang berasal dari keluarga buruh migran yang bekerja keras di Malaysia, Arab Saudi, dan wilayah perbatasan. Setiap detak jantung mereka mengisahkan perjalanan panjang dan penuh pengorbanan, di mana pembinaan pendidikan kebangsaan menjadi harapan yang menjulang tinggi di tengah tantangan hidup yang kerap kali menghimpit.
Di ruang kelas sederhana yang dihiasi dengan poster-poster kebangsaan, para guru dengan semangat membara membawa mereka pada pelajaran yang tak hanya mengajarkan sejarah, melainkan juga menyalakan jiwa kebangsaan mereka. Cerita heroik tentang para pahlawan yang berjuang dengan gigih untuk kemerdekaan Indonesia menggugah semangat mereka. Dengan mata yang bersinar, anak-anak itu mendengarkan kisah perjuangan, meresapi makna persatuan dan kesatuan, serta mencintai Tanah Air yang mereka impikan dengan penuh harapan.
Pembinaan Pendidikan kebangsaan bagi mereka bukan sekadar pengetahuan, tetapi juga sebuah renungan tentang identitas. Mereka belajar bahwa meski jauh dari rumah, ikatan dengan bangsa tetap harus dijaga. Kegiatan diskusi interaktif di kelas membuat mereka berekspresi, mengungkapkan rasa cinta terhadap Indonesia, dan memikirkan masa depan yang lebih baik.
Melalui talent show, mereka menampilkan tarian dan lagu-lagu daerah, menampilkan kekayaan budaya mereka sambil menegaskan bahwa meskipun berada di negeri orang, jiwa kebangsaan tetap berkobar. Satu malam, di tengah gemerlap bintang yang menghiasi langit, Dengan penuh semangat, mereka berikrar didepan sang saka merah putih, cahaya dari api unggun membakar semangat mereka akan cinta tanah air , Lagu-lagu nasional yang mereka nyanyikan menggema, menciptakan harmoni di antara perbedaan. Momen itu menjadi saksi bisu betapa kuatnya rasa kebersamaan, seolah-olah jarak yang memisahkan tak bisa menghapuskan rasa cinta mereka terhadap negara.mereka tidak hanya diajarkan untuk mencintai, tetapi juga untuk berkontribusi. Para guru mengajak mereka berpikir kritis tentang permasalahan yang dihadapi bangsa. Diskusi tentang isu-isu sosial, ekonomi, dan budaya membuka wawasan mereka, membuat mereka memahami peran kecil yang bisa mereka ambil dalam pembangunan bangsa ketika mereka kembali ke kampung halaman. Setiap kata yang terucap membawa pesan bahwa mereka adalah bagian dari masa depan Indonesia yang lebih baik.Pembinaan Pendidikan kebangsaan telah membekali mereka dengan harapan yang tak terbatas, seakan langit pun bukan lagi batas bagi impian mereka.